"PENERAPAN DISIPLIN POSITIF DI SEKOLAH DALAM RANGKA MENCIPTAKAN SISWA BERKARAKTER."

Oleh: WINDA, S.Pd



         Pendidikan karakter menjadi salah satu ciri dari penerapan kurikulum merdeka di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi dan komponen lainnya yang saling bersinergi. Dalam pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11, Saya belajar bagaimana menerapkan disiplin positif di sekolah. 

Apa itu disiplin positif?

Disiplin positif merupakan proses pendisiplinan kepada anak tanpa memberikan ancaman atau hukuman namun menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak ke arah yang positif.


         Dalam Modul ini, kita diajarkan untuk mengenali lebih jauh apa yang dibutuhkan oleh siswa kita, Kebutuhan dasar apa saja yang belum terpenuhi pada diri mereka yang menajdi dasar mengapa murid bertindak diluar norma yang ada. Juga kita akan mengenal posisi kontrol apa yang telah kita lakukan?.
apakah kita bertindak sebagai penghukum? pembuat rasa bersalah? teman? pemantau? atau bahkan manager?.

Menurut Evolusi Pendidikan Bersama Calon Guru Penggerak, Rusliy, dkk (2022: 118), restitusi merupakan cara untuk menanamkan disiplin positif pada anak. Restitusi juga bisa diartikan sebagai cara yang memadukan ketegasan serta penghargaan untuk mendidik anak.


        Dalam penerapan disiplin positif kali ini, saya menerapkan segitiga restitusi dalam menangani permasalahan yang terjadi kelas. Saat itu terjadi kasus perselisihan antara dua orang siswa di kelas saya yaitu antara Ana dan Alya. Perselisihan ini berawal dari acara karnaval dimana siswa menyiapkan kostum daur ulang dan semua siswa sibuk dalam menyiapkan hal tersebut, namun Alya enggan menoling temannya sehingga Ana melontarkan kalimat yang menyakiti hati Alya sehingga terjadilah perselisihan.





         Menangani hal tersebut, saya menerapkan segitiga restitusi sebagai langkah penyelesaiannya. Saya melakukan " Menstabilkan Identitas " yaitu proses dimana murid merefleksikan perbuatan yang telah  dilakukan dilanjutkan dengan " Memvalidasi tindakan yang salah " yaitu membantu murid memahami alasan serta kebutuhan dasar apa saja yang tidak terpenuhi sehingga kita bisa melanjutkan pada " Menanyakan Keyakinan" yaitu proses dimana terciptanya kondisi siswa memaknai keyakinan kelas yang telah dibuat sehingga memunculkan tanggung jawab atas perbuatannya.

       Penerapan Segitiga restitusi di lingkungan sekolah merupakan sebuah langkah penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, mendidik dan berorientasi pada pemulihan. Dalam menerapkan budaya positif di sekolah diperlukan dukungan dari semua pihak agar dapat menjadi program yang dapat menumbuhkan karakter baik pada murid. sesuai dengan visi sekolah dalam menciptakan generasi yang beritegritas dan berdaya saing tentunya dapat terwujud jika dimulai dari penanaman karakter melalui budaya positif ini. 

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11

       




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENULIS BUKU MAYOR DALAM SEMINGGU

MAHKOTA PENULIS ADALAH BUKU

PEMASARAN BUKU