GADIS TEPIAN SUNGAI

GADIS TEPIAN SUNGAI

part 1

"Senja selalu mengajarkan kita untuk pulang, tak peduli seberapa jauh kita melangkah."

Hembusan angin di tepi sungai sejenak membuatku memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus, rasanya begitu tenang disini sehingga kaki berat untuk melangkah pulang. Aku duduk di tepi sungai Dusun kami, sungai Batanghari namanya.

Sungai ini merupakan salah satu sungai terpanjang di Provinsi Jambi. Sungai ini bersumber dari Gunung Rasan dan sekaligus hulu dari sungai Batanghari. Sungai ini memiliki peran utama dalam kehidupan masyarakat bahkan menurut sejarah Perkembangan Kerajaan melayu sebagai pusat jalur perdagangan.

lihatlah kesini...

indah bukan?

Tak tau berapa banyak kata yang bisa menggambarkan keindahannya, Hadiah dari sang Pencipta. sekarang sebuah Jembatan berdiri kokoh ditengah membelah sungai dan  menyatukan kedua ujung, namun tetap saja tak menghilangkan pesonanya. ketika bangunan ini selesai dibangun auranya masih terjaga malah semakin cantik nampaknya. Begitulah seharusnya Manusia, walau zaman semakin berkembang namun jati diri tetap harus dijaga. sehingga Cantik tidak hanya dari luar tapi ahlaknya tetap mempesona.


                                                    

Keindahan yang dipoles dengan Arsitektur bergaya semakin menambah pesonanya. ini dapat diibaratkan seperti kue Padamaran, kue khas Dusun kami yang terbuat dari campuran tepung beras dan santan serta diisi dengan irisan gula merah didalamnya. Ini saja sudah nikmat, tambah lagi disajikan dengan daun pisang yang dibentuk menyerupai kotak atau umpama sebuah sampan, semakin menambah daya tariknya.


uhhhh... membayangkan ini saja perutku sudah bergejolak menimbulkan suara raungan kecil yang memintaku untuk segera pulang, karena wangi masakan Emak sudah memenuhi rongga hidungku. tak terasa hampir satu jam aku duduk di tepi sungai ini.

Rumahku memang tak begitu jauh dari tepi sungai ini, makanya Emak tak khawatir karena tinggal melongok saja keluar jendela, maka nampaklah anak gadis satu- satunya ini, maklum anak Perawan tak boleh main jauh- jauh. Malahan di zaman Emakku anak gadis tak ada satu pun yang keluar rumah, kalaupun hendak keluar rumah  mereka memakai dua buah kain, satu kain di pakai seperti biasa sedang yang satunya dipakai untuk menutupi kepala dan muka sama seperti niqab saat ini. hanya mata mereka saja yang tampak.

 Walau berkali dinasehati jangan suka melamun di tepi sungai, tetap saja aku menjadikannya aktivitas harianku. Rasanya senang saja mengamati aktivitas sungai ini, anak- anak berenang dengan gembira, bapak- bapak pulang dari menjala ikan , emak- emak ngerumpi sambil mencuci baju.

Tapi senja ini seakan mengajakku untuk segera pulang, Rona merah dilangit sudah memudar berganti dengan pekatnya malam. Aku menuju kebelakang rumah untuk mengambil wudhu dari Sebuah Gentong Besar berisi air. lalu kulangkahkan kaki menaiki anak tangga rumahku yang sudah lapuk dimakan usia. Maklumlah rumah kami Rumah panggung tua peninggalan almarhum Datuk. Sambil menunggu suara azan bergema aku melanjutkan membaca Al-Qur'an, silih berganti suara azan saling bersahutan sebab di Dusun kami ada banyak masjid dan pesantren, maka dari itulah Dusun kami disebut "Serambi mekah" kadang ada yang menyebut "Kampung Santri". tak lama setelah azan berkumandang,  aku Segera melaksanakan sholat magrib.

Selesai sholat Kuletakkan Telekung* di pinggir ranjang tempat tidur, berjalan menuju dapur untuk membantu Emak menyiapkan makan malam. Benar saja rupanya ini yang membuat perutku mendadak demo tadi, bau khas yang aku suka, Tempoyak kepala ikan Baung yang didapat Abak disungai siang tadi, ditambah dengan rebusan daun pucuk ubi dan lalap timun. ahh begini saja aku sudah bahagia, Receh kali lah cara orang kecil seperti kami untuk merasakan bahagia.

Selesai menyajikan makanan, Abak dan adik laki- lakiku datang lalu kami mulai makan dengan berdo'a terlebih dahulu. Malam ini kami makan dengan nikmat sebab lama tak mengecap rasa ini, biasanya kami makan hanya dengan goreng tempe dan sambal colet. Makanan lezat kami cicipi hanya pada saat ada tetangga yang melakukan hajatan, sebab di Dusun kami masih menggunakan adat lama, makan ramai- ramai dengan menggunakan nampan besar atau yang disebut dengan Behidang. Jadi, kaum laki- laki berdiri membentuk barisan, dan dari ujung barisan ada nampan yang berisi piring, nasi dan lauk pauk beraneka ragam, dioper dari satu tangan  ketangan yang lain sampai semua mendapatkan Hidangan, dilanjutkan dengan Bersholawat dan diteruskan makan bersama.

Makan malam selesai, Aku membantu Emak membawa Pinggan* ke Garang* lalu membasuhnya. Kulihat emak sibuk membersihkan sisa bekas makan kami tadi. Selesai mencuci piring, aku kembali ke kamar bermaksud ingin menyelesaikan tugas dari kampus yang belum kukerjakan, Baru mulai membuka tugas kudengar ketukan pintu depan.

tok..tok.. tok
"Assalamualaikum..." sapa seseorang diluar.

"Waalaikum salam." sahutku.
Aku berjalan membukakan pintu, Kulihat bapak-bapak berseragam coklat dengan senjata dipinggangnya.
polisi?
Ada apa malam malam begini?
Apakah..........................?



***********************************************************************************
keterangan:

* Telekung     : Mukenah
* Pinggan       : Piring
* Garang        : Dapur tempat mencuci piring



next part 2.
Mohon kritik dan sarannya.
Terima kasih sudah mengunjungi Blog Penulis Dusun. Boleh tinggalkan jejak di kolom komentar.


* dan tolong menolong lah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan Permusuhan. (Al- Maidah : 2).


Salam Literasi.


Komentar

  1. MasyaAllah... jadi pingin.ke Jambi... Sy jg melayu dr pontianak.. suka juga sm tempoyak. Apalagi kalau dibuat sambal tempoyak udang... jd ikutan lapar...

    BalasHapus
  2. Dua kain yang satu dipakai biasa yang satu untuk menutup kepala hingga seperti niqab sekarang. Local wisdom. Sarat ilmu

    BalasHapus
  3. Saya tergiur dengan kue padamarannya, mmm 😋😋

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum Bu Winda.
    Salam kenal dari Asia anak kampung Thehok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikum salam, salam kenal kembali Bu. Kita satu daerah ni😊

      Hapus
  5. Baru baca part 1 padahal part2 sudah baca... Nunggu part 3... Mudah mudahan segera meluncur

    BalasHapus
  6. Masya Allah semangat terus💪ya bu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelengkapan Naskah

MENULIS BUKU MAYOR DALAM SEMINGGU

MENJADI PENULIS BUKU MAYOR